PROSES PRODUKSI MASSAL (KD 3.12 MATA PELAJARAN PRODUK KREATIF DAN KEWIRAUSAHAAN UNTUK SMK SENI DAN INDUSTRI KREATIF)

Badan boleh terkurung, pikiran tetaplah luas (Photo by https://unsplash.com/@patuphotos)


Hola, Gaess. 

Maaf, ya. Lama tidak update. Bukan tidak niat nerusin ini blog, hanya saja sedang maintenance diri dan sekitar karena kami sempat menjadi kampung OTG. Insya Allah lain waktu saja diceritakan, yak. 

Tulisan ini saya buat untuk keperluan kegiatan belajar secara daring di sekolah tempat saya mengajar. Tetapi insya Allah materi tidak plek seperti buku cetak, karena saya pikir banyak hal lain yang bisa kita diskusikan di sini. Oke? Yuk, selamat membaca. 


Di tempat saya, kelas XII memulai materi di bab 1 (KD 3.10 yaitu Perencanaan Produksi Massal), diikuti dengan bab 2 (KD 3.11 Indikator Keberhasilan Tahapan Produksi Massal). Nah, KD 3.12 ini adalah kelanjutannya. 

Bagi kamu yang enggak tahu apa itu produksi massal (PM), PM adalah sebutan untuk metode produksi barang dalam jumlah besar, umumnya dengan biaya yang rendah untuk setiap unitnya. Meski harga lebih murah, biasanya barang yang diproduksi massal telah memiliki kualitas yang baik karena telah melalui perencanaan, pengujian, dan pengendalian dalam setiap tahapannya. Tentu pengusaha hanya mau memproduksi barang yang berkualitas (dan laku) dalam jumlah besar kan. Jika tidak, bisa rugi bandar. He he he

Dalam dunia Produk Kreatif dan Kewirausahaan (PKK), apalagi kami yang di sekolah seni, tidak dibatasi bahwa produk yang menjadi obyek dalam proyek peserta didik haruslah berupa barang. Ada sebagian peserta didik yang mengambil bidang jasa, misalnya berupa film dokumenter atau film pendek. Sebut saja semacam film pendek Tilik yang mencapai begitu banyak view. Sudah pasti ada income yang bisa diperoleh dari sana. 

Proses Produksi Massal merupakan tahapan yang dilalui dalam upaya menghasilkan produk. Dalam bidang produksi barang, proses PM artinya sudah ada prototype (contoh produk yang sudah sempurna). Jadi ketika masuk proses PM, maka proses yang dilakukan umumnya adalah:

  1. persiapan peralatan produksi, seperti mesin dan cetakan, material (bahan) dan pekerja
  2. produksi barang
  3. QC (Quality Control - proses pengecekan kualitas barang, disesuaikan dengan prototype). Pada produk makanan, biasanya melalui pengambilan sampel random, kemudikan dilakukan uji laboratorium. 

Sementara itu, jika bidang yang dipilih adalah pembuatan dokumenter, maka proses PM adalah tahapan produksi yang dilakukan hingga diperoleh produk dokumenter yang diharapkan. Secara umum, proses produksi massal dokumenter meliputi:

  1. ide (mencari ide awal, bisa jadi ada beberapa ide)
  2. riset (mencari data sebanyak-banyaknya untuk mendukuna masing-masing ide. Secara sederhana bisa menggunakan prinsip mencari jawaban dari 5W1H)
  3. perencanaan produksi (naskah, perijinan, talent, kru, peralatan, dan lain-lain)
  4. pengambilan gambar (mengambil gambar sesuai rencana. Seringkali perlu dilakukan berkali-kali take, apalagi jika talent belum berpengalaman. Bisa ditambah dengan tambahan gambar lain yang sekiranya menarik sebagai shoot stock. 
  5. editing (Proses menggabungkan gambar-gambar terbaik, memotong bagian yang tidak diperlukan, menambahkan musik, dubbing, dan pernik lain)
  6. preview (Proses memperlihatkan hasil editing awal produk video. Biasanya ditunjukkan kepada pembimbing atau pihak pemesan (jika video adalah pesanan pihak lain))
  7. revisi (Perbaikan sesuai masukan yang diperoleh saat preview)

Setiap proses tersebut disertai dengan pengendalian. Dalam hal pembuatan dokumenter oleh peserta didik, pengendalian dilakukan oleh guru pembimbing dari sekolah maupun DUDI. Pengendalian ini penting dilakukan, agar dokumenter selesai pada waktunya (sesuai target). Nantinya, dalam bidang produk barang maupun jasa yang lain juga berlaku demikian. 

Apa yang bisa terjadi jika tidak ada pengendalian? Salah satu efeknya adalah keterlambatan selesainya produk. Jika ini terjadi pada produk film, maka keterlambatan bisa menyebabkan film tidak diterima pasar karena trend sudah bergeser. Jika terjadi pada produk gawai, seperti HP, maka bisa saja produk sejenis sudah dikeluarkan oleh kompetitor, akibatnya produk kalah pasar. Oleh karena itu, sangat penting melakukan pengendalian proses produksi.

Saat tulisan ini dibuat, masa pandemi Covid-19 belum berakhir. Maka proses produksi dokumenter harus mengikuti protokol kesehatan agar tidak terjadi penularan selagi produksi dokumenter dilaksanakan. Maka produksi yang biasanya dilakukan secara berkelompok dengan pengaturan kru (produser, sutradara, penulis naskah, editor, kamera man, artistik, lighting, dll), maka produksi dokumenter harus dilakukan secara individual. Lokasi juga harus di rumah saja dengan melibatkan orang tua atau keluarga lain yang satu tempat tinggal. 

Tetap semangat meski harus belajar dari rumah. Semoga pandemi ini segera berlalu. Aamiin


Punya ide atau komentar terkait proses produksi massal, dokumenter, belajar di rumah, atau pandemi, ayuk atuh ditulis di kolom komentar. Mari kita ngopi dari rumah masing-masing sambil diskusi. :)


Posting Komentar

0 Komentar