BUJO



BUJO bukanlah kependekan dari bubur kacang ijo atau plesetan dari bojo (Jawa: pasangan sah). 

BUJO yang saya bicarakan di sini adalah kependekan dari bullet Journal, sebuah catatan harian yang dibuat sangat khas sesuai selera dan kebutuhan pemiliknya. 

Banyak macam Bujo di pasaran. Mulai dari yang sederhana, sampai yang gambarnya meriah. Tapi ya gitu, harganya ciamik. Secara saya masih berpikir bahwa Bujo bukan kebutuhan pokok, maka saya hindari membeli dengan budget lebih dari 100K.

Tiga tahun terakhir, saya sudah rutin membuat Bujo. Bukan karena tidak ada pekerjaan atau iseng banget, tetapi karena saya sadar kalau gunanya banyak banget. 

Secara pribadi, saya yang biasanya berantakan, jadi lebih rapi karena punya Bujo yang terstruktur. Hal ini ngefek juga ke dunia lainnya. 

Selain itu, saya bisa rapi soal jadwal. Dengan adanya Bujo, saya bisa mencatat jadwal-jadwal yang sudah ada. Ketika pagi membuka Bujo dan sudah tahu apa saja yang harus dilakukan hari itu, rasanya siap mengisi hari dengan efektif dan efisien. Dengan cara ini, ternyata saya jadi bisa mengalokasikan waktu untuk me time, baca buku, atau kegiatan tidak terstruktur lainnya seperti main dengan anak tetangga. Wkwkwk. 

Seperti apa Bujo ala saya? 

Tahun-tahun sebelumnya, saya memanfaatkan buku sketsa untuk membuat Bujo. Kelebihannya, leluasa banget secara sepenuhnya polos. Tetapi kalau mau nulis menantang banget. Kan tidak ada garis. Padahal saya banget kalau tulisan acakadul dan naik turun. Apalagi untuk membuat kotak-kotak yang presisi. Jelas saya butuh penggaris. Belum lagi, namanya buku sketsa itu didesain lepas-lepas, alias memang niatnya untuk membuat gambar selembar-selembar. Akibatnya terkadang tercecer. 

Tahun berikutnya, saya dapat merchant sebuah buku agenda standar yang sudah ada garis-garisnya itu. Nah, yang beginian, cakep buat nulis. Tetapi jadi tidak enak dilihat kalau untuk membuat gambar dan pernik-pernik. 

Di semester kedua 2020, saya nemu tawaran bujo dari @saharaproject. Pas pesan, pas ada promo beli 1 gratis 1. Jadilah saya langsung beli. 
Yang satu ini, sudah dijilid dengan hard cover. Tebalnya cukupan, muat untuk saya jadikan jurnal bulanan untuk satu tahun plus beberapa item lain seperti bagian pembuka, list buku yang saya baca selama satu tahun, hingga catatan-catatan khusus untuk hasil rapat atau catatan workshop. Masih bonus tulisan-tulisan motivasi, reframing Journal, dan lainnya. 
Kelebihannya, setiap lembar telah dicetak dengan titik-titik kecil berjarak 5 mm. Adanya titik-titik ini sangat membantu dalam penempatan, pengaturan, membuat garis, dan menulis. 
Saya membuat monthly log yang memuat kalender, jadwal besar, tracker olahraga, makanan, hingga mood. Setelah itu saya kasih weekly log, yang memuat bagian-bagian per hari, tempat saya bisa mencatat jadwal hari tersebut, pencapaian harian, hingga hal-hal penting yang bakal hilang kalau tidak segera dituliskan, bernama 'ide'. 

Seru?
Seru banget. 
Liburan akhir Desember saya gunakan sebagian untuk merancang dan menjadikannya beralih dari goresan pensil menuju tinta. Refreshing plus hasilnya memuaskan bagi saya pribadi. 

Kalau tidak bisa menggambar?
Menurut saya sih, diisi dengan gambar atau pernik apalah itu sebuah pilihan. Saya pikir tidak ada aturan baku bujo harus begini atau begitu. Jadi kalau tidak bisa menggambar tetapi ingin menyelipkan gambar, ya beli saja stiker yang sudah jadi. Banyak kok yang jualan. Soal harga, banyak yang terjangkau banget. Saya sendiri selain menghias dengan gambar buatan saya, sebagian juga saya hias dengan washi tape mini. Cari saja di marketplace. 

So, saya berharap bisa melewati tahun ini dengan lebih baik dan terecord rapi. Mari kita lihat review di akhir tahun yak. Semoga saya konsisten. Aamiin. 

Posting Komentar

0 Komentar