Start Up Bisnis Nggak Harus Serba Ada dan Baru

Sebagai Emak Guru yang dipercaya mengajar mata pelajaran Produk Kreatif dan Kewirausahaan, saya harus paham benar bagaimana sebuah start up bisnis sederhana. Ini saya anggap mutlak, sebab dalam mata pelajaran PKK, kami membina jiwa wirausaha siswa. Harapannya, di akhir proses belajar mereka telah berhasil membuat usaha yang bisa dievaluasi. Sebisa mungkin usahanya jalan. Jikapun belum, bisa dievaluasi 'mengapa'nya.
Agar lebih paham, saya juga membuat start up saya sendiri.

Btw, dalam mengajarkan peluang bisnis, saya ajak siswa melihat lingkungan di sekitarnya. Apa kebutuhan lingkungan, dan apa solusi yang bisa ditawarkan untuk menyelesaikan kebutuhan itu.
Dalam kasus saya, masalah yang ditemukan:
1. Saya, beserta beberapa teman dan tetangga mengeluh kesulitan urusan seterika. Bukan kami tidak nyadar tampil rapi itu perlu, atau sudah tidak bertekad bulat menyelesaikan pekerjaan rumah tangga ya. Tetapi beneran karena memang waktu lebih baik digunakan untuk hal lain.
2. Ibu saya sebagai lansia ingin bekerja kembali. Tadinya ibu ingin buka warung di sebuah tempat, sekitar 500 meter dari rumah. Tentu saya keberatan. Warung tuh, yang harus disiapkan banyak. Belum angkat-angkatnya. Belum urusan susah air. Apalagi jika lelah, tentu tidak bisa leluasa beristirahat sewaktu-waktu.
Nah, setelah berdiskusi, kami sepakat membuka usaha jasa seterika. Pemeran utamanya ibu. Saya bertindak sebagai pengelola.
Karena ini start up, saya tidak muluk-muluk kami harus pakai seterika baru model wow, meja seterika berkelas, atau steam apalah. Mulai saja dari apa yang ada.
Seterika, kami pakai properti pribadi a.k.a seterika yang sudah hampir 7 tahun saya gunakan. Semprotan pelicin, kebetulan milik saya masih berfungsi dengan sangat baik. Pelapis meja seterika, kami pakai seprai lama. Ember dan keranjang, ada koleksi ibu saya dan keranjang baju sisa masa bayi si kecil.
Yang beli baru (karena memang dibutuhkan dan kami tidak punya) adalah timbangan, pemotong selotip, spons untuk alas seterika, kabel roll, plastik kemasan, dan biang pelicin pakaian. Total pengeluaran untuk beli alat dan bahan sekitar Rp 350.000,00.
Hari pertama buka, kami langsung dapat order. Yang paling membahagiakan bagi saya, ibu saya ada aktivitas. Semoga dengan demikian, ibu bisa merasa lebih berdaya di usia senja. Makanya ketika mempromosikan usaha ini, saya akrab dengan slogan #lansiaberdaya. Bukan saya memanfaatkan ibu untuk kepentingan pribadi lho. Tetapi beneran, niat saya tulus ingin membantu. Bagaimanapun, meski di usia senja, ibu yang sejak kecil terbiasa bekerja tentu ingin tetap ada aktivitas produktif. Keuntungan lain, dengan mengerjakan jasa ini, ibu bisa istirahat sewaktu-waktu. Ketika para cucu dan cicit sedang di rumah, ibu tetap bisa bekerja sambil berinteraksi dengan mereka.
Setelah sebulan berjalan, alhamdulillah ibu bisa bayar uang arisan dan menabung dari hasil kerjanya.
Semoga terus berjalan lancar, pesanan tambah banyak, dan ibu tetap sehat. Aamiin.
Punya pengalaman seru dengan start up sederhana versi kalian? Punya saran dan pertanyaan untuk saya? Ayuk atuh, tulis di kolom komentar. Aseli. Gratis kok nulis di situ he he he

Posting Komentar

0 Komentar