Rek, Ayo, Rek, Jalan-Jalan ke Tugu Pahlawan Surabaya

Al Hazen di Tugu Pahlawan (dok. sekolah)

Pada tanggal 10 Maret 2020, saya berkesempatan melakukan kunjungan belajar ke Surabaya bersama siswa-siswi kelas 5 Al Hazen SDIT Ibnu Hajar kota Batu, dengan tajuk Edutrip Al Hazen Goes To Soerabaya. Tujuan perjalanan ini adalah mengenalkan anak-anak dengan sejarah perjuangan Arek-arek Suroboyo pada masa kemerdekaan, yang dikenang sebagai hari Pahlawan.
Tanggal tersebut dipilih karena situasi dipandang masih aman. Waktu itu belum ada laporan penderita Corona di Jawa Timur, sementara outing ini memang perlu dilakukan sebagai bagian dari pembelajaran. Jadi, wali murid tetap menyiapkan masker sebagai tindakan pengamanan.
Kami berangkat dari kota Batu pada pukul 7.30 dan perjalanan ke Surabaya ditempuh lewat jalan tol Malang-Surabaya. Waktu tempuh sekitar 2 jam, sehingga pada pukul 9.30 kami sudah keluar melalui pinto tol Dupak dan tidak lama kemudian tiba di Tugu Pahlawan. Lokasi Tugu dan Museum di tengah kota, tetapi sudah dibuatkan jalur khusus, sehingga bis besar bisa masuk dan parkir di halaman tugu Pahlawan.
Begitu turun, kami disambut lapangan besar dan Tugu yang dibangun untuk memperingati peristiwa 10 Nopember 1945. Anak-anak langsung diarahkan melalui jalan di sisi kiri lapangan untuk menuju loket masuk museum. Tiket masuk sangat terjangkau untuk ukuran wisata sejarah dengan fasilitas yang sangat bagus. Sebelum masuk, pengunjung yang merasa ingin buang air kecil bisa melegakan diri di toilet yang berlokasi tepat di seberang loket masuk. Pintunya tersamar, jadi jika merasa ragu, tanya petugas saja.
Selanjutnya, pengunjung dipersilahkan masuk dan mengisi buku pengunjung. Lalu melewati tangga berjalan ke museum yang letaknya lebih rendah dari permukaan tanah. Lantai satu meliputi sudut sejarah didirikannya museum dan tugu pahlawan. Pada bagian ini dijelaskan bahwa desain tugu sedemikian dilontarkan oleh Bung Karno, yang mendapat ide dari sebuah paku yang dibalik.
Al Hazen di Museum Tugu Pahlawan lantai 1 (dok. pribadi)

Ada pula sudut pengenalan seragam dan sejarah. Salah satu keunikan, deretan pahlawan tidak hanya pejuang dan tenaga kesehatan, tetapi juga ibu-ibu pelaku dapur umum.
Al Hazen di Tugu Pahlawan lantai 1 (dok. pribadi)

Nasihat mbak guide: "Jadi Adik-adik, kalau diwajibkan pakai seragam pejuang di hari besar nasional, pakai saja kebaya dan kain untuk mewakili golongan pahlawan dapur umum. Tanpa mereka, para pejuang dan tenaga kesehatan bakal kesulitan berjuang." Betul juga. Selain itu, anak-anak dapat mendengarkan rekaman pidato Bung Tomo yang legendaris itu. MERDEKA!!
Rute berikutnya adalah lantai dua, dimana tersaji beberapa display peralatan dan perlengkapan perang, seperti bambu runcing, senapan, alat kesehatan, alat komunikasi, dan sepeda kayuh. Juga tersedia diorama disertai audio yang menjelaskan situasi saat itu. Ada pula display  suasana dapur umum.
Saat berada di lokasi ini kami berjumpa dengan seorang pria tua yang nampak sangat menjiwai mengenang masa lalu. Sayang tidak berkesempatan mengobrol. Bisa jadi beliau adalah salah satu pelaku sejarah.
Al Hazen di museum Tugu Pahlawan lantai 2 (dok. pribadi)

Puas di lantai dua, pengunjung diajak turun menuju teater untuk menonton film pendek tentang hari bersejarah tersebut. Kebersamaan dengan guide diakhiri di teater ini. Pengunjung menuju rute keluar yang melewati photo booth dan toko souvenir. Ada banyak pilihan, mulai ganci, baju, hingga buku.
Kami akhiri kegiatan di area Tugu Pahlawan dengan berfoto di depan tugu legendaris.
Harapannya, dengan mengetahui sejarah dan mengunjungi situs seperti ini, anak-anak memahami bagaimana sulitnya meraih situasi merdeka yang mereka nikmati saat ini. Kalau sudah paham, diharapkan mereka mengisi kemerdekaan dengan hal yang faedah. Aamiin.
Kami juga mengunjungi tempat wisata lain. Simak di tulisan berikutnya, ya.
#tetapsehat #tetapselamat #dirumahaja #dirumahsaja

Posting Komentar

0 Komentar