Berasa Pulang di Klangenan Mbah Gito, Gunung Kidul

Mbah Gito - Gunung Kidul, Yogyakarta

Destinasi pertama dalam rangkaian Trip Awal Juli 2022 di Jogja. 

Kalau di Jogja dan mendengar nama Gito, bayangan pasti langsung mengarah ke bakmi Jawa kan? 
Sama. Saya juga berpikir begitu, awalnya. Tetapi ini berbeda, meskipun masih dalam satu manajemen dengan Bakmi Mbah Gito. 

Joglo Klangenan Mbah Gito ini berlokasi di Gunung Kidul, Yogyakarta. Masuknya searah dengan Goa Pindul. Jadi kalau mau bisa sekalian gitu. Jalan masuk tidak terlalu besar, tetapi masih memungkinkan dua mobil berpapasan tanpa perlu saling mencolek. Kondisi jalan di awal Juli ini cukup bagus. 

Tempat parkir mobil ada di sisi belakang area, Jadi dari gerbang masuk lurus saja melewati joglo utama. Nanti akan ketemu lahan kosong dengan beberapa pohon yang digunakan untuk parkir. 
Di seputar area parkir mobil ini ada beberapa joglo yang terbuka. Di dalamnya homy, dengan perabot seluruhnya dari bahan kayu. Menarik. 

Kami berkumpul di area selatan, sepertinya biasa digunakan sebagai tempat makan. Masih penuh mebeler kayu dan berbagai ornamen tradisional Jawa seperti kendi, cangkir, kukusan, dan lain-lain. Di atas meja juga tersedia kipas tradisional untuk menyejukkan diri-diri yang kegerahan. Ehm. 

Pagar Pembatasnya Ori

Nah, yang ini adalah bagaimana penyajian di Mbah Gito. Makanan diletakkan dala wadah gerabah tradisional dengan alas daun pisang. Tutupnya pakai kukusan yang dibalik. 
Kerupuk puli disimpan dalam toples kaca besar. 

Display yang Tradisional Banget

Nasi disajikan di atas tungku dan kukusan. Jadi terasa seperti di dapur tradisional Jawa banget. 

Musala - bawahnya ada toilet dan kamar mandi

Kalau ingin buang air kecil, mandi, BAB, wudhu dan salat, tidak perlu jauh-jauh. Di samping ruang makan, tersedia musala di lantai dua. Lantai satu memuat belasan kamar mandi dan toilet. 
Keduanya bersih, banyak berunsur kayu, dan nyaman. 


Setelah selesai ishoma, kami berkumpul di joglo utama. Ada hall yang luas, dengan kursi-kursi nyaman di sekeliling ruang tengah. Ruang tengah ini jadi mirip seperti ballroom gitu. Kami menyaksikan pertunjukan lagu-lagu Jawa secara live, termasuk musik pengiringnya. Beberapa teman ikut bernyanyi dan menari bersama para seniman.
Selain diiringi dengan gamelan, lagu juga dibawakan menggunakan iringan musik lesung. Pengunjung diijinkan belajar dan mencoba lho. Seru sekali. 
 
Set Gamelan

Salah Satu Ornamen Khas

Salah satu ornamen di ruang utama

Di sekitar hall tadi ada berbagai display ornamen khas Jawa. Mulai dari teko tanah liat, tiang-tiang berukir wajah beberapa pahlawan, tombak, keris, hingga andong dan sepeda kuno. 

Ruang Pertunjukan

Ornamen Joglo Depan


Ternyata, Mbah Gito dan keluarga adalah orang-orang yang ulet dengan usahanya. Bermula dari sosok pegawai, kemudian berbisnis kuliner yang sekarang melegenda, Mbah Gito mengembangkan sayap dengan mendirikan klangenan ini. 
Untuk saat ini, makanan tersedia bila ada reservasi, termasuk seniman dan petugas lainnya. Jadi kalau datang tanpa reservasi, kemungkinan hanya bertemu penjaga dan bisa foto-foto saja. 

Jogja selalu menjadi tempat menarik untuk 'pulang'. Waktu satu dua hari atau seminggu sebenarnya tidak cukup untuk menjelajahi semua. Tetapi selagi masih ada umur, suatu saat mungkin masih akan pulang lagi. 
Mungkin ini konsep yang dibawa Mbah Gito dengan mendirikan klangenan, sesuatu yang menjadi kesenangan. 

Posting Komentar

0 Komentar