Liburan, Sarapan, Plus Belajar di Gudeg Manggar Luweng Kayu, Yogyakarta

Libur awal Juli diisi apa?
Mungkin banyak yang belum berkesempatan dolan-dolan. Nah, ini semoga bisa menjadi referensi kegiatan dolan yang asyik. 
Soal lokasi dan bagaimana menuju ke sana dari pusat kota Jogja, kalian bisa tanya navigasi online yak. Wkwkwk
Jujur saja saya tidak paham utara selatannya Jogja, sehingga kami tiba di lokasi ini sepenuhnya mengikuti petunjuk dari Simbah yang serba tahu itu. ;)

Dari jalan utama, masuknya tidak terlalu jauh melalui ruas jalan yang di kanan dan kirinya sawah. Panas, tetapi menyejukkan di mata. Sudah ada papan petunjuk yang meyakinkan, tertulis Gamplong, di wilayah Sleman. 

Tempat parkirnya cukup luas untuk menampung banyak mobil, di samping dan depan gedung. Seberang gedung lapangan bola yang terawat. 
Di sebelah Luweng Kayu kemungkinan menemukan keramaian, karena itu adalah tempat wisata Gamplong Studio Alam. Sepertinya sih asyik, tetapi kami tidak sempat menengok. Mungkin next visit yak.
 
(Sebagian) Anggota e-35 (plus keluarga)

Kami tiba sekitar jam 9 pagi. Situasi masih sepi, hanya ada dua pengunjung yang sepertinya habis gowes. 

Resepsionis ada di sisi kanan pintu masuk. Kita bisa pesan makanan atau minuman. Namanya juga Gudeg Manggar, ya tentunya itulah menu utamanya. 

Tahu manggar? Ini adalah salah satu langkah hidupnya bunga kelapa. Jadi jangan heran kalau nemu bagian yang panjang gitu. Karena manggar kan memang demikian bentuknya. 

Tersedia beberapa pilihan paket. Ada yang Gudeg Manggar plus ayam suwir, plus telur bebek, dan macam-macam lainnya. Saya memilih yang plus ayam suwir. Minumnya kunyit asam dan teh tubruk. 

Tempat makan bisa di ruang utama indoor, dengan beragam jenis tempat duduk dari kayu. Mau yang berempat, berdua, atau rame-rame, ada. Karena datang berdua, kami memilih ruang makan di belakang, tepatnya pada kursi gaya kuno yang sepertinya nyaman diduduki. He he he

Saat sudah diantar, ternyata pesanan saya juga include telur, masih ditambah tahu dan sambal krecek. Bonus cabe segedhe Gaban. He he he. 
Saya terpaku saat menyantap nasi. Kok bisa mantab dan bagaimana gitu rasanya. Dipadukan dengan gudeg cs yang citarasanya sudah tidak terlalu manis, ini acceptable bagi lidah Jawa Timur seperti saya. 
Ditambah dengan kunyit asam yang segar dan teh melati, alhamdulillah. Minggu pagi jadi cerah sekali. 

Gudeg Manggar plus Ayam Suwir

Gudeg Manggar plus Telur

Teh Tubruk

Menjelang kami selesai makan, teman-teman datang. Ramailah suasana. Ada spot foto juga, sebenarnya. Tetapi maafkan saya karena kelupaan mengabadikan. Kalian bisa lihat di google map ya. 

Sambil menunggu makanan teman-teman datang, kami disilahkan melihat-lihat dapur. 
Saat itu hari Minggu, jadi tidak ada kegiatan produksi, hanya masak nasi dan memanaskan gudeg yang memang sedang berproses kelanjutan produksi hari sebelumnya. Yang di panci sebelah kiri, itu gudeg umur tiga hari. Kebayang kan bagaimana gudeg bisa dikonsumsi tanpa perlu dikunyah dan rasanya mantap meresap dalam?

Pada luweng yang lebih kanan, ada panci penanak nasi. Nah, di sini saya berkesempatan menanyakan kok nasinya bisa enak gitu. 
Ternyata itu adalah produk dari proses memasak nasi tiga langkah.
Langkah pertama: beras yang sudah dicuci dikukus beberapa menit. 
Langkah kedua: dalam kondisi masih panas, beras hasil kukusan dimasukkan ke air mendidih dan dibiarkan hingga air meresap. 
Langkah ketiga: kukus hingga matang. 

Saya sih, kelasnya masih masak beras pakai magic com. Tetapi semoga pengetahuan baru ini membuat saya lebih insyaf, karena hasil proses ekstra itu juga ekstra. Pokoknya, hasil tidak akan menghianati proses, begitu. 

Berdialog dengan Pengelola di Dapur yang Berasa di Rumah Nenek

Selain soal nasi, kami juga berdiskusi tentang penggunaan daging ayam kampung umbaran. Ayam kampung jelas berbeda tekstur dan rasa dagingnya bila dibanding ayam broiler. Nah, ini juga masih harus umbaran. Umbaran itu istilah untuk makhluk hidup yang dibiarkan hidup bebas alias tidak dikandangi. 
Logika saya, kalau dibiarkan hidup bebas, tentunya mereka bisa leluasa bergerak. Dengan demikian, ototnya terlatih dan lemaknya sedikit. Mirip-mirip badan kamu yang rajin olahraga gitu lah. He he he

Penggunaan kayu bakar untuk memasak pastinya memberikan cita rasa tersendiri, karena panas yang dihasilkan berbeda dengan panas dari bahan bakar minyak atau gas. Dipadukan dengan luweng, atau tungku yang pas, proses memasak bisa lebih efektif. 

Soal produk, Luweng Kayu menyediakan produk beku. Pengiriman bahkan sudah sampai luar negeri segala. Luar biasa. Bisa menjadi referensi obat kangen Jogja nih. 

Mengintip Proses Memasak Nasi

Overall, ini salah satu kunjungan berkesan di Jogja pada awal Juli 2022.
Nasi Gudeg Manggar lengkap mengenyangkan perut dan mata. 
Tetapi otak juga kenyang, karena belajar banyak bahwa hasil tidak akan menghianati proses. 
Pulang ke Jawa Timur dengan membawa diri yang bersemangat kembali. 
Terus berjuang, walau sulit dan prosesnya panjang, yakin saja ada hal hebat menanti di sana. 

Posting Komentar

0 Komentar