Jauh ke Jogja cuma untuk makan bakmi?

 

Coba tebak, saya atau jendelanya yang miring?

Kejadiannya sudah bulan Juli yang lalu. Tetapi baru sempat terselesaikan hari ini. Mohon dimaklumi :)

Saat itu sebuah hari Minggu siang, dalam rangkaian kunjungan kami ke Jogja, tepatnya setelah semua jadwal terlewati. Tinggal cari oleh-oleh (yang berharap nanti sajalah di pinggir jalan yang kami lewati). Tempat terakhir yang kami kunjungi adalah peringatan 100 Tahun Tamansiswa di pusat Tamansiswa, jalan Tamansiswa. Keperluannya bukan mengikuti seremonial, tetapi menyerahkan buku antologi puisi-memoar-catatan siswa-alumni-pamong Tamansiswa Cabang Kota Batu, Jawa Timur. Usai penyerahan, Ayang mendapat telepon dari temannya yang pengelola Bakmi Mbah Gito. Ternyata lokasi kami dekat dari lokasinya. Jadi, sekalian dah, singgah. Kepo juga bakminya tuh se-spesial apa.
 
Maafkan tidak sempat motoin penampilan bangunan dari luar. Yang jelas, gaya jadul banget. Full kayu meskipun ada lantai 2-nya. Yang jelas parkir mobil tinggal sebiji saat kami tiba. Seat juga penuh. Kami dapat tempat lesehan, yang harus berbagi dengan orang lain. Syukurnya, secara undangan khusus nih, ternyata sudah disiapkan tempat pada foto di bawah. Dekat jendela miring yang saya pakai foto di atas. Hayoo, ngacung yang tebakannya benar!


Trio Alumni Elektro ITS angkatan 1995 (e-35)

Yah, gitu deh. Kalau bapak-bapak alumni sudah mengobrol, saya bergabung dengan para istri dan anak-anak. Mereka obrolannya serius, kita biasanya lebih selow anti melow. 

Saat berbahagia tiba. Ini pilihan menu saya. 


Jujur saja, saya tidak ingat betul nama menu waktu itu. Yang saya ingat, rasanya enak. Tidak pelit daging, porsinya pas untuk berdua yang sedang dalam posisi tidak terlalu lapar. Saya padukan dengan wedang uwuh. Nikmat banget sambil menikmati semilir angin Jogja dari jendela miring. 

Secara keseluruhan, saya menikmati waktu saya di Bakmi Mbah Gito. Saya menantikan kelak bisa jalan-jalan ke Jogja lagi. Semoga salah satunya bisa kembali mengunjungi Mbah Gito dengan bakmi dan wedang uwuhnya. 

Jogja, selalu ngangenin. 

Posting Komentar

0 Komentar