7 Tips Coaching Efektif untuk Coach dan Coachee

 Program Guru Penggerak terus berlangsung. Tidak terasa, sudah nyampai pada Modul 2 bagian ke 3. Setelah modul ini selesai, tinggal 1 modul lagi dengan 3 bagian. 


Suasana Coaching

Pada modul 2.3 kami belajar tentang coaching dalam supervisi akademik. Saya mengenal konsep coaching sudah lama, sebenarnya. Tetapi lebih ke coaching untuk dunia kerja. Nah, ternyata coaching bisa diadopsi ke dunia pendidikan, baik untuk coach peserta didik maupun rekan kerja.

Coaching apaan sih? Mungkin ada baiknya kita bahas tentang coaching terlebih dahulu. Menurut International Coaching Federation (ICF), coaching merupakan kemitraan (partnering) dengan klien dalam sebuah proses kreatif dan menggugah pikiran untuk menginspirasi klien agar dapat memaksimalkan potensi pribadi dan profesionalnya. 

Yang berperan dalam coaching adalah coach dan coachee. 

Coach adalah orang yang bertugas mendengarkan masalah, mengidentifikasinya, hingga memantik munculnya solusi dan rencana aksi coachee. 

Coachee adalah klien, yaitu orang yang memiliki sebuah masalah dan memerlukan seorang coach untuk menemukan solusi dan mendampinginya melakukan rencana aksi sehingga didapatkan sebuah perubahan sesuai harapan. 

Dalam dunia pendidikan, seorang coach tidak selalu guru olahraga lho. Guru mata pelajaran apa pun bisa menjadi coach, selagi ia bisa mengambil peran dan menjalankan fungsi coach dalam proses coaching. Bahkan, setiap orang bisa menjadi coach bagi dirinya sendiri. Tujuan besar coaching dalam dunia pendidikan bermuara pada terpenuhinya pendidikan sesuai kebutuhan murid. 

Nah, berikut ini 7 tips agar coaching yang kita jalankan terhadap klien maupun diri sendiri dapat efektif:

1. Pastikan berada dalam suasana nyaman, baik secara fisik maupun psikis. 

Dalam proses coaching, coach dan coachee sebaiknya berada dalam suasana yang nyaman. Suasana demikian memungkinkan dapat bercakap-cakap dengan tenang, coachee bercerita dengan leluasa, dan coach bisa mendengarkan coachee dengan baik. Gangguan baik berupa gawai, orang lain, atau suara bising dari luar dapat mengganggu konsentrasi. Tidak ada salahnya melakukan coaching di ruang khusus atau malah di kafe yang tenang demi mencapai tujuan coaching. Tentunya selagi kedua belah pihak sama-sama sepakat, ya.  

2. Tujuan percakapan

Di awal pertemuan, sebaiknya coach dan coachee menyepakati tujuan yang ingin dicapai dari percakapan tersebut. Idealnya sih, tujuan percakapan ini diungkapkan oleh coachee. Kan coachee yang punya masalah, jadi coachee juga yang tahu dia pengen apa dengan obrolan tersebut. Tetapi pada situasi tertentu, bisa jadi tujuan percakapan disebutkan oleh coach, sebab inisiatif mengadakan percakapan coaching datang dari coach. Sebagai contoh, coach melihat sebuah peristiwa. Jika menunggu coachee menghubungi, bisa jadi coaching tidak akan pernah terjadi sebab coachee merasa masalah itu tidak penting atau ia sengaja menghindar. Maka coach memanggil coachee dan mengajaknya coaching untuk mendapatkan perbaikan situasi dan karakter. 

3. Fokus pada coachee a.k.a hadir secara penuh

Persiapkan diri sebelum melakukan coaching. Misalnya, bila sudah tiba saatnya beribadah rutin, kerjakan dahulu ibadah tersebut. Bila merasa ingin ke kamar kecil, lakukan dulu. Semata agar bisa hadir secara penuh dan fokus pada coachee dan masalahnya. Bila perlu, selama proses coaching, matikan data dan hentikan akses ruang oleh orang lain. 

4. Mendengarkan aktif

Mendengarkan aktif bukan berarti coach hanya berdiam saja. Pada saat yang tepat, coach harus bisa menggali lebih banyak informasi dari coachee terkait masalahnya. Coach haruslah menyimak apa yang disampaikan coachee, sesekali memberikan komentar pendek atau pertanyaan pemantik (seperti: 'lalu?"), dan mengkonfirmasi kebenaran dari apa yang ditangkap coach. Sebagai contoh, coachee bercerita tentang masalah siswa yang membolos. Coach bisa mengajukan konfirmasi seperti: "Oh, jadi siswa A membolos karena terlambat bangun? Lalu bagaimana respon Anda sebagai wali kelasnya?" 

5. Bersikap terbuka dan perhatian

Ini berhubungan erat dengan mendengarkan aktif. Selain mendengarkan aktif, coach harus menghindari justifikasi terhadap coachee dan masalahnya, sekalipun secara posisi atau usia, coachee lebih rendah dari coach. Coach harus bersikap terbuka dengan apa pun yang akan disampaikan coachee. 
Coach yang perhatian akan mengumpulkan fakta sebaik-baiknya agar informasi lengkap. Jika diibaratkan informasi dari coachee adalah potongan puzzle, maka coach perlu mendapatkan setiap potongan agar bisa memperoleh gambar besarnya. 

6. Kenali peluang-peluang baru dan berpotensi di masa depan

Masalah, bukti, dan fakta yang diceritakan coachee, dapat dijadikan bahan untuk mengenali peluang-peluang baru dan berpotensi di masa depan. Coach yang baik dapat menggiring coachee kepada penemuan potensi dirinya dan bagaimana memaksimalkan potensi tersebut sehingga berhasil mengatasi masalahnya di masa depan. Sst, lima detik setelah percakapan kan sudah merupakan masa depan. Betul?

7. Ingin tahu dan mengajukan pertanyaan berbobot

Coach perlu memiliki rasa ingin tahu agar bisa mengidentifikasi masalah, bukti, dan fakta dengan selengkap-lengkapnya. Rasa ingin tahu ini bakal memicu pertanyaan berbobot yang akan semakin memicu pengenalan coachee terhadap potensi dirinya serta bagaimana coachee bisa memaksimalkan potensinya itu guna mengatasi masalahnya. Tujuan coaching tercapai bila coachee merasa bebannya telah ringan sekaligus mendapatkan cara mengatasi masalahnya. Akan sangat baik bila coach berfungsi menggiring saja, namun solusi masalah sepenuhnya dari coachee berdasarkan penemuan terhadap potensi dirinya. 


Nah, ternyata melakukan coaching itu sebenarnya tidak sulit. Tetapi mungkin memang membutuhkan latihan dengan partner yang tepat, kemudian sesering mungkin diaplikasikan. Sepengalaman saya sih, ini ilmu yang teori saja tidak cukup. Semakin sering praktik, semakin sering menemukan celah dan tantangan menyelesaikannya. 
Proses coaching juga akan lebih seru kalau coach banyak membaca dan memiliki referensi. Luasnya pengetahuan coach akan sangat membantu dalam menghindari justifikasi dan memudahkannya dalam menggiring coachee. 
Nah, dari 7 tips di atas, mana yang menurut kalian paling mudah dilakukan? 

  


Posting Komentar

0 Komentar